Salah satunya yakni menjalin kerja sama dengan perusahaan China.
Arifin menyebut selain peningkatan produksi dari Migas Non Konvensional (MNK), secara jangka panjang, pemerintah juga akan menggandeng China untuk kegiatan eksplorasi di Area Buton, Sulawesi.
“Jangka panjangnya kan kita ada lapangan yang sekarang kita upayakan di Buton. Kita ini kerja sama dengan China juga untuk mengangkat recovery factor, juga kita dorong,” kata Arifin di Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Menurut Arifin, selama ini pemerintah selalu mengandalkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berasal dari negara tertentu. Namun saat ini pemerintah juga melirik KKKS yang berasal dari China.
“Selama ini kan kita ngandelinnya sama K3S yang sebelah sono. Sekarang kan yang kita liatnya yang sebelah sini, punya pengalaman juga,” katanya.
Ia menargetkan kerja sama dengan China sendiri diharapkan dapat terlaksana pada akhir 2024. Mengingat peningkatan produksi migas membutuhkan waktu yang tidak sebentar. “Udah kita dorong mudah-mudahan akhir tahun ini udah bisa jalan tapi untuk mengangkat produksinya butuh waktu,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah mematok target produksi minyak dan gas bumi (migas) siap jual atau lifting dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2025.
Adapun untuk lifting minyak diperkirakan mencapai 600 ribu barel per hari (bph), sedangkan lifting gas 1,005 juta barel setara minyak per hari.
Lifting minyak tersebut turun dari yang ditetapkan dalam APBN tahun 2024 sebesar 635 ribu barel. Sementara lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.