Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) untuk mempelajari penerapan teknologi energi baru terbarukan (EBT) yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM di Indonesia.
Dalam kunjungannya, Selasa (20/8) waktu setempat, Menkop UKM mengunjungi Scripps Institution of Oceanography dan Aptera Motors Factory. Kedua lembaga ini telah mengembangkan pemanfaatan teknologi EBT.
Kunjungan pertama dilakukan ke Scripps Institution of Oceanography dalam rangka melihat langsung pemanfaatan EBT dan mempelajari pusat riset pencitraan 3D dan kecerdasan buatan (AI) bawah laut.
“Untuk mengetahui pendekatan pendanaan seperti apa yang dilakukan, Scripps menggunakan sonar multibeam dan LIDAR untuk membuat peta tiga dimensi dari dasar laut, termasuk gunung bawah laut dan terumbu karang,” ujar Teten, dikutip dari siaran pers kementerian yang diterima di Jakarta, Rabu.
Scripps Institution of Oceanography yang dikenal dengan riset kelautannya telah berhasil menggabungkan teknologi 3D dan kecerdasan buatan (AI) untuk memetakan dasar laut, merekonstruksi ekosistem laut, serta memprediksi dampak perubahan iklim.
Teknologi-teknologi canggih ini tidak hanya bermanfaat bagi penelitian ilmiah, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Studi banding juga dilakukan ke pabrik Aptera Motors di California untuk mempelajari pemanfaatan EBT dalam produknya.
Aptera Motors adalah produsen kendaraan listrik tenaga surya (SEV) AS. Mobil produksi mereka mampu menempuh jarak jauh dengan sekali pengisian daya, berkat integrasi panel surya pada bodinya.
Aptera berencana untuk memproduksi 371 kendaraan selama fase produksi volume rendah pada 2025, lalu meningkat menjadi 11.000 unit pada tahun 2026, dan akhirnya mencapai produksi tahunan sebesar 20 ribu kendaraan.
“Hingga saat ini, Aptera telah berhasil mengumpulkan 135 juta dolar AS dari lebih dari 17.000 investor (crowdfunding), GDP Venture (Global Digital Prima anak perusahaan Grup Djarum) adalah salah satu investor terbesar,” katanya.
Tak hanya itu, menurut Teten, bentuk mobil Aptera dianggap futuristik karena hanya memiliki tiga roda dan memiliki panel surya yang terintegrasi di badan mobilnya.
Produk mobil Aptera mampu menempuh jarak hingga 1.000 mil/1.600 km dengan sekali pengisian daya dan tambahan 40 mil/64,3 km dari pengisian daya dari panel surya selama perjalanan.
Bahkan, Aptera diproduksi dengan pencetakan 3D, AI, dan bodi komposit yang memungkinkan produksi kendaraan yang cepat, bervolume tinggi, dan hemat biaya, di mana harga satu unit dijual lebih kurang 30.000 dolar AS atau sekitar Rp474 juta.