
Sejumlah pelajar SMK di Bogor diduga kesurupan saat bikin film di rumah kosong
Sejumlah pelajar SMKdiduga mengalami kesurupan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Saat ini, para pelajar tersebut sudah sadar dan mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dalam video yang dilihat iNews Media Group, tampak beberapa pelajar yang diduga mengalami kesurupan itu berteriak histeris. Warga sekitar terlihat membantu mereka sampai ada pelajar yang digotong.
“Banyak anak sekolah SMA kesurupan. Saya tidak mengetahui ada kegiatan syuting karena tidak ada izin kepada pengurus RW. Tolong Babinmas, Babinsa, pak Lurah datang ke lokasi,” ucap pria dalam video dikutip iNews Media Group, Senin (5/5/2025).
Camat Bogor Utara Riki Robiansyah mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu 4 Mei 2025. Berdasarkan informasi yang diterima, awalnya pelajar SMK itu membuat film di salah satu rumah kosong.
“Jadi secara kronologi siswa tersebut ada tugas sekolah. Mereka jurusan broadcasting. Ada tugas untuk membuat film oleh sekolah seperti untuk memperkuat bidangnya. Jadi meraka syuting di rumah (kosong) itu,” kata Riki.
Meski sudah mendapat izin pemilik rumah yang juga salah satu orangtua pelajar, namun kegiatan itu tidak ada informasi ke pengurus lingkungan setempat.
“Itu sebenarnya rumah kosong tapi diizinkan oleh pemilik. Pemiliknya ini salah satu orangtua dari siswa SMK ini tapi tanpa memberitahukan ke pengurus wilayah RT, RW dan lurah,” jelasnya.
Hingga akhirnya, para pelajar itu diduga mengalami kesurupan dan sempat membuat panik warga. Beruntung, mereka langsung mendapatkan penanganan dari pemuka agama setempat.
“Alhmadulillah dibantu pemuka agama siswa ini dibawa ke masjid untuk diobati atau dinormalkan. Setelah selesai dijemput sekolah dan keluarga, kurang lebih ada 8 sampai 10 orang,” ujarnya.
Ke depan, diharapkan apapun bentuk kegiatan terutama anak sekolah di lingkungan warga untuk berkordinasi dengan pengurus setempat. Hal itu untuk mengantisipasi kejadian tidak diinginkan.
“Apapun bentuk kegiatannya harus memberitahukan. Minimal RT, RW dan lurah supaya memonitor. Karena kita kan tidak tahu kejadiannya nanti seperti apa. Apalagi tidak dilaporkan,” pungkasnya.